KENCONO WUNGU DISTRIBUSINDO
Mitra bisnis dalam mendistribusikan produk-produk berkualitas Produsen Skala Nasional
Jumat, 22 Mei 2020
Sabtu, 24 November 2012
REINKARNASI : MENJUAL YANG SERBA TRADISIONAL
Budaya yang begitu kaya dinegara kita ini adalah sesuatu anugerah dan kemurahan dari Sang pencipta, kekayaan yang tak terhingga, baik itu budaya dalam hal tari-tarian daerah, keragaman bahasa, multi etnik, keunikan baju-baju daerah, aneka ragam adat istiadat, kekahsan permaianan tadsional hingga beribu macam makanan nusantara, dan sebagainya. Namun kekayaan diatas sedikit banyak telah mulai luntur, ditinggalkan bahkan dilupakan.

Salah Siapa ?
Penyebab itu semua bukan karena semua bangsa kita tidak lagi mempunyai hati dan rasa memiliki serta loyal terhadap kebudayaan yang dimiliki para nenek moyangnya, namun kontribusi cukup dominan juga disebabkan faktor penjajahan yang menindas kita hingga tiga setengah abad, disusul meroketnya dunia informasi elktronik yang tak terbendung, Era globalisasi dari berbagai sektor seperti hiburan, keuangan, pendidikan, wisata, teknologi hingga makanan manca negarapun merasuk hingga ke jantung kehidupan kita.
Penyebab itu semua bukan karena semua bangsa kita tidak lagi mempunyai hati dan rasa memiliki serta loyal terhadap kebudayaan yang dimiliki para nenek moyangnya, namun kontribusi cukup dominan juga disebabkan faktor penjajahan yang menindas kita hingga tiga setengah abad, disusul meroketnya dunia informasi elktronik yang tak terbendung, Era globalisasi dari berbagai sektor seperti hiburan, keuangan, pendidikan, wisata, teknologi hingga makanan manca negarapun merasuk hingga ke jantung kehidupan kita.
Dunia yang berbeda
Masa-masa menghirup dunia gemerlap gaya CafĂ© hingga diskotik, makanan selera barat hingga makanan siap saji, Bacaan Harry Potter hingga simcan, Play station hingga Time zone, modern dance hingga dansa salsa dan lainnya masih menjadi bagian pola hidup dan gaya kehidupan sebagian masyarakat kita. Begitu aneka ragam perubahan ini menjadikan segalanya menjadi yang tidak biasa menjadi fasih, yang tidak tahu jadi menguasai, yang tidak suka menjadi kecanduan, dan memang itulah kehidupan yang terjadi dalam realita disekitar kita, jadi perbedaan adalah merupakan kekayaan yang harus kita kelola dengan baik serta bijaksana. Namun pepatah juga mengatakan bahwa dunia itu berputar, manusia ada jenuhnya, mencari sesuatu yang baru dan bahkan kangen akan sesuatu yang hampir sirna untuk diangkat kembali. Beberapa fenomena tadi dalam kurun waktu ini mulai menggeliat atau yang pernah mati kemudian hidup kembali dan itulah yang kita sebut “Reinkarnasi”. Reinkarnasi dalam hal apa ? banyak sekali jawabnya, sehingga kehidupan secara berkala menjadikan Dunia itu berbeda dengan produk lama namun kemasan berbeda, sehingga antara konten dan konteks menjadi sesuatu yang seimbang.
Masa-masa menghirup dunia gemerlap gaya CafĂ© hingga diskotik, makanan selera barat hingga makanan siap saji, Bacaan Harry Potter hingga simcan, Play station hingga Time zone, modern dance hingga dansa salsa dan lainnya masih menjadi bagian pola hidup dan gaya kehidupan sebagian masyarakat kita. Begitu aneka ragam perubahan ini menjadikan segalanya menjadi yang tidak biasa menjadi fasih, yang tidak tahu jadi menguasai, yang tidak suka menjadi kecanduan, dan memang itulah kehidupan yang terjadi dalam realita disekitar kita, jadi perbedaan adalah merupakan kekayaan yang harus kita kelola dengan baik serta bijaksana. Namun pepatah juga mengatakan bahwa dunia itu berputar, manusia ada jenuhnya, mencari sesuatu yang baru dan bahkan kangen akan sesuatu yang hampir sirna untuk diangkat kembali. Beberapa fenomena tadi dalam kurun waktu ini mulai menggeliat atau yang pernah mati kemudian hidup kembali dan itulah yang kita sebut “Reinkarnasi”. Reinkarnasi dalam hal apa ? banyak sekali jawabnya, sehingga kehidupan secara berkala menjadikan Dunia itu berbeda dengan produk lama namun kemasan berbeda, sehingga antara konten dan konteks menjadi sesuatu yang seimbang.
Terlahir kembali
Mari kita amati yang terjadi dalam kehidupan dan lingkungan dunia hiburan (entertaintment) dalam acara opening ceremony suatu hajat berbagai kegiatan ternyata lebih sering ditampilkan ketimbang Modern dance ataupun ballet, mengangkat tarian & musik tradisional seperti Tari Pendet dari bali, bahkan kesenian sisingaan (Singa-Singaan) dari sundapun menjadi tari pembuka yang sering dipentaskan dan diiringi musik pembuka seperti Kecapi, suling, Degung, sasando hingga angklung. Hal lain beberapa bulan terakhir inipun ada pameran lukisan di gedung Kesenian dengan lukisan serba wayang yang dilukis oleh maestro pelukis wayang yaitu Mas Fatur, yaitu karya sebuah lukisan Gus Dur berbadan semar tersebut laku seharga puluhan juta, memang luar biasa. Belum lagi sepanjang 3 tahun terakhir mengangkat kerajinan keramik tanah liat melalui bazaar, Pameran Tunggal di Gedung atau Hotel berbintang bahkan meninjau ke wokshopnya seingga hal inipun dijadikan obyek wisata bagi para pemandu tour yang dapat merasakan experiential para pengunjung mulai dari bahan mentah, cara membuat hingga proses akhir secara langsung serta aneka produk barang jadi siap dibeli. Ada hal lain Mainan kahas daerah yang nyaris punah ternyata sangat antusias sekali peminatnya seperti ; Mainan Conklak yang diberikan corak batik menjadi mainan anak-anak gedongan, belum lagi yang disebut GASING terbuat dari kayu yang mainnya diputar dengan alat Bantu tali, ternyata Gasing ini dilombakan dan tercatat dipermainan ini sekali putar bisa mencapai 30 menit berputar terus, yang luar biasa adalah permaianan sederhana ini terbuat dari kayu yang dijual hingga mencapai 800 ribu rupiah perbuahnya. Sebagai contoh; kalau dari Yogya terbuat dari Bambu dan mengeluarkan bunyi dengung, kalau dari Kalimanatan terbuat dari kayu ulin yang sangat keras, sedangkan dari lombok atau tanjung pinang berbeda lagi baik bahan kayunya, bentuk, cara memainkan serta alas untuk berputarnya Gasing tsb. Kita bisa lihat sebuah Resto dijalan Gondangdia mencoba mengangkat aksen nusantara dari segi nama dan tema dekorasi yang begitu kental nuansa Jawa, walaupun produk makanan yang ditawarkan tidak hanya sekedar makanan Indonesia yang disajikan menarik, Ternyata konsumennya tidak tanggung-tanggung yaitu dari kalangan Atas yang jelas sangat rindu untuk menyantapnya. Dan satu lagi sesuatu yang dulu tersingkir kini masuk ke mall, jajanan pasar tersebutpun sudah dikemas modern nuansa Tradmod (Tradisional Modern) dengan slogannya “Butik Kue Tradisional” yang berlokasi di Cikini mendapat respon yang sangat positif, seakan-akan konsumen mereka merasakan ada sesuatu yang hilang telah terlahir kembali atau Reinkarnasi. Dunia kesehatanpun semarak seperti Pijat Tradisional bertebaran dimana-mana, Pengobatan Tradisional hingga alternatifpun sudah bisa on air diradio, bahkan Hero Supermarket didalam mengangkat minat & selera Tradisionalnyapun memajang becak Tempo Dulu di depan pintu masuk. Apakah dengan contoh-contoh diatas tadi rasanya Reinkarnasi Penjualan bernuansa Tradisional adalah sesuatu yang menjanjikan ? silakan amati dan Mencobanya !!!!
Mari kita amati yang terjadi dalam kehidupan dan lingkungan dunia hiburan (entertaintment) dalam acara opening ceremony suatu hajat berbagai kegiatan ternyata lebih sering ditampilkan ketimbang Modern dance ataupun ballet, mengangkat tarian & musik tradisional seperti Tari Pendet dari bali, bahkan kesenian sisingaan (Singa-Singaan) dari sundapun menjadi tari pembuka yang sering dipentaskan dan diiringi musik pembuka seperti Kecapi, suling, Degung, sasando hingga angklung. Hal lain beberapa bulan terakhir inipun ada pameran lukisan di gedung Kesenian dengan lukisan serba wayang yang dilukis oleh maestro pelukis wayang yaitu Mas Fatur, yaitu karya sebuah lukisan Gus Dur berbadan semar tersebut laku seharga puluhan juta, memang luar biasa. Belum lagi sepanjang 3 tahun terakhir mengangkat kerajinan keramik tanah liat melalui bazaar, Pameran Tunggal di Gedung atau Hotel berbintang bahkan meninjau ke wokshopnya seingga hal inipun dijadikan obyek wisata bagi para pemandu tour yang dapat merasakan experiential para pengunjung mulai dari bahan mentah, cara membuat hingga proses akhir secara langsung serta aneka produk barang jadi siap dibeli. Ada hal lain Mainan kahas daerah yang nyaris punah ternyata sangat antusias sekali peminatnya seperti ; Mainan Conklak yang diberikan corak batik menjadi mainan anak-anak gedongan, belum lagi yang disebut GASING terbuat dari kayu yang mainnya diputar dengan alat Bantu tali, ternyata Gasing ini dilombakan dan tercatat dipermainan ini sekali putar bisa mencapai 30 menit berputar terus, yang luar biasa adalah permaianan sederhana ini terbuat dari kayu yang dijual hingga mencapai 800 ribu rupiah perbuahnya. Sebagai contoh; kalau dari Yogya terbuat dari Bambu dan mengeluarkan bunyi dengung, kalau dari Kalimanatan terbuat dari kayu ulin yang sangat keras, sedangkan dari lombok atau tanjung pinang berbeda lagi baik bahan kayunya, bentuk, cara memainkan serta alas untuk berputarnya Gasing tsb. Kita bisa lihat sebuah Resto dijalan Gondangdia mencoba mengangkat aksen nusantara dari segi nama dan tema dekorasi yang begitu kental nuansa Jawa, walaupun produk makanan yang ditawarkan tidak hanya sekedar makanan Indonesia yang disajikan menarik, Ternyata konsumennya tidak tanggung-tanggung yaitu dari kalangan Atas yang jelas sangat rindu untuk menyantapnya. Dan satu lagi sesuatu yang dulu tersingkir kini masuk ke mall, jajanan pasar tersebutpun sudah dikemas modern nuansa Tradmod (Tradisional Modern) dengan slogannya “Butik Kue Tradisional” yang berlokasi di Cikini mendapat respon yang sangat positif, seakan-akan konsumen mereka merasakan ada sesuatu yang hilang telah terlahir kembali atau Reinkarnasi. Dunia kesehatanpun semarak seperti Pijat Tradisional bertebaran dimana-mana, Pengobatan Tradisional hingga alternatifpun sudah bisa on air diradio, bahkan Hero Supermarket didalam mengangkat minat & selera Tradisionalnyapun memajang becak Tempo Dulu di depan pintu masuk. Apakah dengan contoh-contoh diatas tadi rasanya Reinkarnasi Penjualan bernuansa Tradisional adalah sesuatu yang menjanjikan ? silakan amati dan Mencobanya !!!!
Salam Tradisional,
Oleh Mindiarto Djugorahardjo (Force One)
UMPAN BALIK DAN PENILAIAN KINERJA JAJARAN PENJUAL
Resah dan Gelisah …………….. itulah sepenggal awal syair lagu Obby Agam 2 windu yang lalu, namun lagu tersebut menjadi Jargon tak Tersampaikan bagi pimpinan jajaran Penjualan didalam mengelola tim Penjualan, Selain kinerja yang kurang menggembirakan sesuai harapan, tingkat turn over merekapun tidak kunjung membaik, belum lagi Keluh kesah saat pertemuan pagi maupun pertemuan informal saat santai atau ngobrol iseng.
HRD berubah menjadi Human Assets.
Sebagai pimpinan Penjualan yang diberikan tanggung-jawab untuk melaksanakan, dan tanggungjawab mengelola tim penjualan, kiranya perlu lebih memahami bukan hanya marketing activity dan sales strategy, kiranya Kompetensi dari tim penjualan perlu dikelola lebih baik, karena jajaran Penjual itu bukan lagi dikategorikan dengan konsep Human Resources Development semata, Namun sudah bergeser menjadi “Human Assets”. Karena pergeseran inilah maka jajaran penjual dianggap sebagai asset, maka Kita sebagai Pimpinan sudah perlu memahami prinsip dan metoda bagaimana kiat-kiat melakukan Penilaian Kinerja tim penjualan dan tehnik umpan baliknya.
Langkah awal yang perlu dilakukan didalam melakukan proses Umpan Balik adalah Pertama, Perlunya Pemantapan Manajemen Penjualan baik yang bersifat sistem, Manusia dan sarana Pendukung dari total operasi bagi tim penjualan, dari sinilah maka selanjutnya yang kedua, adalah menentukan standar sasaran yang ingin dicapai baik harian, mingguan, bulanan, kuartal, semester hingga jangka waktu tertentu. Ketiga, yang mnejadi Tolok ukur standar sasaran tadi adalah sistem penilaian kinerja yang biasa banayk perusahaan mengenal dengan istilah KPI ( Key Performance Indicator), KPI ini sebaiknya sekurang-kurang 4 elemen dan maksimum 8 elemen, agar didalam melakukan evaluasi kinerja dapat lebih fokus. Sistem KPI yang baik perlu memperhatikan 2 (dua) faktor yaitu pengukuran dengan melihat ”End Result” / hasil akhir seperti pencapaian penjualan, Pertumbuhan, atau rasio pencapaian penjualan, sedangkan yang kedua adalah melihat Proses kerja seperti : jumlah kunjungan, kunjungan efektif, unit per transaksi, frekuensi order, pengembangan pelanggan baru, rasio pelanggan aktif, volume per pelanggan, dsb. Karena dua faktor tadi sangat penting dalam keseimbangan serta kekuatan hasil akhir dan Proses.
Penilaian yang Terukur
Didalam proses meningkatkan / mengembangkan standar Kinerja bagi jajaran Penjual secara klasik ada yang bersifat Objektif / terukur bobot ini perlu mendapatkan porsi yang dominan hingga 90% agar penilaian ini secara pasti dan bobot penilaian akhir sama bagi setiap individu yang dinilai, sedangkan ada juga yang bersifat subyektif, dalam hal subyektif sebaiknya bobot penilaian dalam sistem penilaian tidak lebih dari 10%, seperti penilaian hasil laporan, akurasi, absensi, kerapihan, dll.
Penilaian Prestasi Secara Periodik. Didalam meningkatkan efektivitas penilaian Kinerja diperlukan perencanaan dan secara bertahap akan sangat efektif, hal ini berguna agar dalam periode tertentu seluruh sasaran yang ingin dituju dapat tercapai, dan KPI ini bisa saja setiap semester dilakukan perubahan terhadap komponen yang akan dijadikan tolok ukur-nya yang disesuaikan dengan skala prioritas pencapaiannya. Tahap akhir dari penilaian prestasi kerja secara pefriodik ini dapat berkesinambungan maka langkah Reinforcement / pemantapan menjadi program selanjutnya setelah masing masing sasaran yang sudah ditentukan tadi mencapai batas minimal kinerja yang diharapkan. Kegiatan yang perlu dilakukan untuk reinforcement ini adalah pertama, dukungan pimpinan secara nyata, baik yang bersifat moral, konsistensi dan dana, kedua, sellau berorientasi ingin mencapai prestasi puncak namun terukur, beralasan tepat bukan ilmu Pokoknya harus bisa !!!!, dan ketiga, adalah jajaran penjualan adalah sebagai Human Assets maka anggaran pelatihan & jumlah hari untuk pelatihan tidak bisa ditawar lagi. Dari Pengalaman dan analisa penulis bahwa idealnya jumlah hari untuk mendapatkan pelatihan bagi para jajaran penjual dalam satu tahun adalah 8% (delapan Prosen/ tahun), namu realitanya masih hanya berkisar 1 hingga 2 prosennya saja, Begitulah cermin yang ada - Sungguh Menyedihkan !!!!!
Oleh Mindiarto Djugorahardjo (Forceone)
Langganan:
Komentar (Atom)