Salah Siapa ?
Penyebab itu semua bukan karena semua bangsa kita tidak lagi mempunyai hati dan rasa memiliki serta loyal terhadap kebudayaan yang dimiliki para nenek moyangnya, namun kontribusi cukup dominan juga disebabkan faktor penjajahan yang menindas kita hingga tiga setengah abad, disusul meroketnya dunia informasi elktronik yang tak terbendung, Era globalisasi dari berbagai sektor seperti hiburan, keuangan, pendidikan, wisata, teknologi hingga makanan manca negarapun merasuk hingga ke jantung kehidupan kita.
Penyebab itu semua bukan karena semua bangsa kita tidak lagi mempunyai hati dan rasa memiliki serta loyal terhadap kebudayaan yang dimiliki para nenek moyangnya, namun kontribusi cukup dominan juga disebabkan faktor penjajahan yang menindas kita hingga tiga setengah abad, disusul meroketnya dunia informasi elktronik yang tak terbendung, Era globalisasi dari berbagai sektor seperti hiburan, keuangan, pendidikan, wisata, teknologi hingga makanan manca negarapun merasuk hingga ke jantung kehidupan kita.
Dunia yang berbeda
Masa-masa menghirup dunia gemerlap gaya Café hingga diskotik, makanan selera barat hingga makanan siap saji, Bacaan Harry Potter hingga simcan, Play station hingga Time zone, modern dance hingga dansa salsa dan lainnya masih menjadi bagian pola hidup dan gaya kehidupan sebagian masyarakat kita. Begitu aneka ragam perubahan ini menjadikan segalanya menjadi yang tidak biasa menjadi fasih, yang tidak tahu jadi menguasai, yang tidak suka menjadi kecanduan, dan memang itulah kehidupan yang terjadi dalam realita disekitar kita, jadi perbedaan adalah merupakan kekayaan yang harus kita kelola dengan baik serta bijaksana. Namun pepatah juga mengatakan bahwa dunia itu berputar, manusia ada jenuhnya, mencari sesuatu yang baru dan bahkan kangen akan sesuatu yang hampir sirna untuk diangkat kembali. Beberapa fenomena tadi dalam kurun waktu ini mulai menggeliat atau yang pernah mati kemudian hidup kembali dan itulah yang kita sebut “Reinkarnasi”. Reinkarnasi dalam hal apa ? banyak sekali jawabnya, sehingga kehidupan secara berkala menjadikan Dunia itu berbeda dengan produk lama namun kemasan berbeda, sehingga antara konten dan konteks menjadi sesuatu yang seimbang.
Masa-masa menghirup dunia gemerlap gaya Café hingga diskotik, makanan selera barat hingga makanan siap saji, Bacaan Harry Potter hingga simcan, Play station hingga Time zone, modern dance hingga dansa salsa dan lainnya masih menjadi bagian pola hidup dan gaya kehidupan sebagian masyarakat kita. Begitu aneka ragam perubahan ini menjadikan segalanya menjadi yang tidak biasa menjadi fasih, yang tidak tahu jadi menguasai, yang tidak suka menjadi kecanduan, dan memang itulah kehidupan yang terjadi dalam realita disekitar kita, jadi perbedaan adalah merupakan kekayaan yang harus kita kelola dengan baik serta bijaksana. Namun pepatah juga mengatakan bahwa dunia itu berputar, manusia ada jenuhnya, mencari sesuatu yang baru dan bahkan kangen akan sesuatu yang hampir sirna untuk diangkat kembali. Beberapa fenomena tadi dalam kurun waktu ini mulai menggeliat atau yang pernah mati kemudian hidup kembali dan itulah yang kita sebut “Reinkarnasi”. Reinkarnasi dalam hal apa ? banyak sekali jawabnya, sehingga kehidupan secara berkala menjadikan Dunia itu berbeda dengan produk lama namun kemasan berbeda, sehingga antara konten dan konteks menjadi sesuatu yang seimbang.
Terlahir kembali
Mari kita amati yang terjadi dalam kehidupan dan lingkungan dunia hiburan (entertaintment) dalam acara opening ceremony suatu hajat berbagai kegiatan ternyata lebih sering ditampilkan ketimbang Modern dance ataupun ballet, mengangkat tarian & musik tradisional seperti Tari Pendet dari bali, bahkan kesenian sisingaan (Singa-Singaan) dari sundapun menjadi tari pembuka yang sering dipentaskan dan diiringi musik pembuka seperti Kecapi, suling, Degung, sasando hingga angklung. Hal lain beberapa bulan terakhir inipun ada pameran lukisan di gedung Kesenian dengan lukisan serba wayang yang dilukis oleh maestro pelukis wayang yaitu Mas Fatur, yaitu karya sebuah lukisan Gus Dur berbadan semar tersebut laku seharga puluhan juta, memang luar biasa. Belum lagi sepanjang 3 tahun terakhir mengangkat kerajinan keramik tanah liat melalui bazaar, Pameran Tunggal di Gedung atau Hotel berbintang bahkan meninjau ke wokshopnya seingga hal inipun dijadikan obyek wisata bagi para pemandu tour yang dapat merasakan experiential para pengunjung mulai dari bahan mentah, cara membuat hingga proses akhir secara langsung serta aneka produk barang jadi siap dibeli. Ada hal lain Mainan kahas daerah yang nyaris punah ternyata sangat antusias sekali peminatnya seperti ; Mainan Conklak yang diberikan corak batik menjadi mainan anak-anak gedongan, belum lagi yang disebut GASING terbuat dari kayu yang mainnya diputar dengan alat Bantu tali, ternyata Gasing ini dilombakan dan tercatat dipermainan ini sekali putar bisa mencapai 30 menit berputar terus, yang luar biasa adalah permaianan sederhana ini terbuat dari kayu yang dijual hingga mencapai 800 ribu rupiah perbuahnya. Sebagai contoh; kalau dari Yogya terbuat dari Bambu dan mengeluarkan bunyi dengung, kalau dari Kalimanatan terbuat dari kayu ulin yang sangat keras, sedangkan dari lombok atau tanjung pinang berbeda lagi baik bahan kayunya, bentuk, cara memainkan serta alas untuk berputarnya Gasing tsb. Kita bisa lihat sebuah Resto dijalan Gondangdia mencoba mengangkat aksen nusantara dari segi nama dan tema dekorasi yang begitu kental nuansa Jawa, walaupun produk makanan yang ditawarkan tidak hanya sekedar makanan Indonesia yang disajikan menarik, Ternyata konsumennya tidak tanggung-tanggung yaitu dari kalangan Atas yang jelas sangat rindu untuk menyantapnya. Dan satu lagi sesuatu yang dulu tersingkir kini masuk ke mall, jajanan pasar tersebutpun sudah dikemas modern nuansa Tradmod (Tradisional Modern) dengan slogannya “Butik Kue Tradisional” yang berlokasi di Cikini mendapat respon yang sangat positif, seakan-akan konsumen mereka merasakan ada sesuatu yang hilang telah terlahir kembali atau Reinkarnasi. Dunia kesehatanpun semarak seperti Pijat Tradisional bertebaran dimana-mana, Pengobatan Tradisional hingga alternatifpun sudah bisa on air diradio, bahkan Hero Supermarket didalam mengangkat minat & selera Tradisionalnyapun memajang becak Tempo Dulu di depan pintu masuk. Apakah dengan contoh-contoh diatas tadi rasanya Reinkarnasi Penjualan bernuansa Tradisional adalah sesuatu yang menjanjikan ? silakan amati dan Mencobanya !!!!
Mari kita amati yang terjadi dalam kehidupan dan lingkungan dunia hiburan (entertaintment) dalam acara opening ceremony suatu hajat berbagai kegiatan ternyata lebih sering ditampilkan ketimbang Modern dance ataupun ballet, mengangkat tarian & musik tradisional seperti Tari Pendet dari bali, bahkan kesenian sisingaan (Singa-Singaan) dari sundapun menjadi tari pembuka yang sering dipentaskan dan diiringi musik pembuka seperti Kecapi, suling, Degung, sasando hingga angklung. Hal lain beberapa bulan terakhir inipun ada pameran lukisan di gedung Kesenian dengan lukisan serba wayang yang dilukis oleh maestro pelukis wayang yaitu Mas Fatur, yaitu karya sebuah lukisan Gus Dur berbadan semar tersebut laku seharga puluhan juta, memang luar biasa. Belum lagi sepanjang 3 tahun terakhir mengangkat kerajinan keramik tanah liat melalui bazaar, Pameran Tunggal di Gedung atau Hotel berbintang bahkan meninjau ke wokshopnya seingga hal inipun dijadikan obyek wisata bagi para pemandu tour yang dapat merasakan experiential para pengunjung mulai dari bahan mentah, cara membuat hingga proses akhir secara langsung serta aneka produk barang jadi siap dibeli. Ada hal lain Mainan kahas daerah yang nyaris punah ternyata sangat antusias sekali peminatnya seperti ; Mainan Conklak yang diberikan corak batik menjadi mainan anak-anak gedongan, belum lagi yang disebut GASING terbuat dari kayu yang mainnya diputar dengan alat Bantu tali, ternyata Gasing ini dilombakan dan tercatat dipermainan ini sekali putar bisa mencapai 30 menit berputar terus, yang luar biasa adalah permaianan sederhana ini terbuat dari kayu yang dijual hingga mencapai 800 ribu rupiah perbuahnya. Sebagai contoh; kalau dari Yogya terbuat dari Bambu dan mengeluarkan bunyi dengung, kalau dari Kalimanatan terbuat dari kayu ulin yang sangat keras, sedangkan dari lombok atau tanjung pinang berbeda lagi baik bahan kayunya, bentuk, cara memainkan serta alas untuk berputarnya Gasing tsb. Kita bisa lihat sebuah Resto dijalan Gondangdia mencoba mengangkat aksen nusantara dari segi nama dan tema dekorasi yang begitu kental nuansa Jawa, walaupun produk makanan yang ditawarkan tidak hanya sekedar makanan Indonesia yang disajikan menarik, Ternyata konsumennya tidak tanggung-tanggung yaitu dari kalangan Atas yang jelas sangat rindu untuk menyantapnya. Dan satu lagi sesuatu yang dulu tersingkir kini masuk ke mall, jajanan pasar tersebutpun sudah dikemas modern nuansa Tradmod (Tradisional Modern) dengan slogannya “Butik Kue Tradisional” yang berlokasi di Cikini mendapat respon yang sangat positif, seakan-akan konsumen mereka merasakan ada sesuatu yang hilang telah terlahir kembali atau Reinkarnasi. Dunia kesehatanpun semarak seperti Pijat Tradisional bertebaran dimana-mana, Pengobatan Tradisional hingga alternatifpun sudah bisa on air diradio, bahkan Hero Supermarket didalam mengangkat minat & selera Tradisionalnyapun memajang becak Tempo Dulu di depan pintu masuk. Apakah dengan contoh-contoh diatas tadi rasanya Reinkarnasi Penjualan bernuansa Tradisional adalah sesuatu yang menjanjikan ? silakan amati dan Mencobanya !!!!
Salam Tradisional,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar